HUTAN DAN MASYARAKAT

Hutan adalah merupakan paru-paru Dunia Selain itu Hutan nafas dan sumber penghidupan setiap insan di dunia

Jumat, 29 Agustus 2008

Pemulihan Pisikologis masyarakat

Pasca sidang Pak Toro dan Pori banyak hal yang harus dilakukan oleh pihak-pihak tertentu yang ber kompoten. karena masyarakat merasa tidak enak dan nyaman dalam melakukan aktivitas untuk memenuhi kebutuhan hidup.Mereka rasa takut dan Tarauma yang masih terngiang di lubuk hati mereka, karena mereka tau kasus pak toro dan pak Pori bukan kasus kriminal murni(pembunuhan, perampokan dll). Hanya soal wilayah adat yang di calim oleh Taman Nasional Bukit Raya dan Baka. wilayah yang di sengketa itu merupakan tempat mereka hidup berdasarkan sejarah dan bukti-bukti yang jelas.Ini delema sebuah pradilan di Indonesia ini, bahwa peradilan/aparat penegak Hukum (polisi dl) tidak mau tau tentang kondisi yang ada di masyarakat yang mereka penjarakan dan mereka hukum, anggapan ini hanya lah pada orang yang bersalah saja ( di hukum) tetapi tidak melihat apa yang terjadi dikelompok masyarakat itu sendiri.

Pemulihan secara pisikologis masyarakat yang merupakan tempat terdakwa, tidak pernah di hiraukan oleh pihak pradilan, lantas apa tanggung jawabnya? selesai mengadili tamatlah sudah suatu persoalan, mereka tidak pernah tau tentang hal terebut.

Rasa Tarauma dan takut yang di rasakan oleh masyarakat adat ketemenggungan siyai belum juga berakhir, berjaga dan berhati dalam melakukan aktivitas merupakan hal yang sangat tidak di inginkan masyarakat.

Rabu, 04 Juni 2008

Perjalanan menuju CIBEDUG JAWA BARAT

Proses perjalanan yang dilakukan oleh Masyarakat Adat Limbai (pak Bahen) kampung Sungkup Kab Melawi dan MA Kalis (pak Naigi) dari kampung Nanga Danau Kapuas Hulu. Dalam proses Belajar(study banding), berangkat dari Pontianak tanggal 26 januari 2008 sampai dibandara soekarno Hata sekitar jam 10 siang kemudian kami meneruskan perjalan menuju Bogor yang di kenal dengan kota tempat Risset dan pelitian dan beberbagai fakultas yang terpopuler. sampai di bogor jam 12 siang langsung menju kantor RMI( Rimbauan Muda Indonesia). Setelah sampai di kantor RMI, kami kenalan sama teman2 dan rehat sekitar setengah jam kemudian kami melakukan diskusi untuk merencanakan keberangkat ke cebedug ,bersama Andri, Bagus dan Nia, mereka memberikan gambaran tentang proses melakukan pendampingan didaerah cebudug dan sekitarnya setelah melakukan diskusi hari pun sudah sore kami istirahat menju Wisma yang jaraknya tidak jauh dari kanor RMI dan mempersiapkan perlengkapan dan peralatan yang kami butuhkan selama beberapa hari dilapangan .

Keesokan hari kamipun Berangkat dari Kantor RMI menuju Cebedug sekitar jam 7 pagi dengan memakai Mobil Sewaan, tiba diKasepuhan Cibedug Desa Citorek Barat, Kecamatan Cibeber, Kabupaten Lebak. Sekitar jam dua belas siang. .

Di tengah perjalan kami menjumpa seorang organizer lokal RMI (kang Nana salah satu Co) yang akan mendampingi kami dalam proses perjalanan, dia naik sepeda motor bersama temannya menuju bogor, melintasi kami, secara spontan teman2 dari RMI melambaikan tangan, tetapi mereka dan mobil kami tetap saja melaju, sehingga pakai aba2 saja dengan menujukan tangan kearah depan. Kemudian kami singgah di warung kopi sambil menunggu kang nana, kurang lebih selang setengah jam duduk sambil menikmati kopi motorpun terhentak berhenti diwarung tersebut ternyata itulah orang yang di tunggu, dan kamipun minum kopi bersama-sama. Setalah selesai kami pun melanjutkan perjalanan. Menuju citorek bersama kang Nana.Perjalanan bogor-Citorek kurang lebih 6 jam. Sekitar pukul 12.00 siang kami tiba di Citorek wilayah Kasepuhan Cibedug Desa Citorek Barat, Kecamatan Cibeber, Kabupaten Lebak. kami Bersama kang Bagus dan Hilal langsung menuju ke rumah Kang Nana, yaitu salah satu kontak person didaerah Citorek. Sambil melewati jalan kecil yang dipenuhi rumah dan terkesan berdempetan itu. Rumah Kang Nana yang sedikit tersembunyi dibagian belakang rumah-rumah lainnya. Ketika kami melewati depan rumah penduduk, banyak penduduk disana yang memperhatikan kami. Penampilan kami sudah jelas bisa ditebak. Bahwa kami pendatang.

Kami cukup lama singgah dirumah Kang Nana. Setelah meneguk segelas air putih dan makan siang kemudian memastikan apakah Kang Nana bisa menemani ke Cibedug akhirnya kami berlima berangkat ke Cibedug. “sekitar berapa jam kita berjalan kaki dari sini ke sana. Perjalanan sekitar tiga jam jalan kaki” ujar Kang Nana kepada kami.

Perjalanan ke Cibedug kami lanjutkan dengan berjalan kaki. Dipertengahan jalan hari sudah mulai redup akan menjelang sore. Karena banyak berhentinya, untuk beristirahat dan mengambil beberapa foto kami tiba di Kampung Cibedug sekitar pukul 5 sore . Perjalanan dari Citorek ke Cibedug kebanyakan menanjak, dikarenakan lokasi perkampungan berada di balik gunung.

Setelah tiba di kampung Cebedug kami langsung menuju rumah Ki Nurja tempat kami menginap. Lalu Kami rehat, ada yang terbaring karena terlalu capek , pegel dan ada yang melihat-lihat di sekeliling rumah, setalah selang beberapa menit kemudian kamipun disuguhi minuman, cara menghidangkan minuman dengan kami, tidak seperti biasa yang harus di buat oleh orang tuan rumah yang sudah siap di minum, tetapi cara menyajikannya dengan meletakan gula dan kopi dan termos air yang berisikan air panas , dan kami di persilakan untuk mengaduk sendiri. Hari pun tiba menjalang malam, bersama rekan-rekan kami menikamti makan malam. Pada malam harinya kami belum melakukan diskusi, keesokan hari baru kami melakukan diskusi. Setelah dikusi kami di bawa kesalah satu tempat keramat peninggalan nenek moyang mereka. Tempat tersebut merupakan bukti sejarah yang harus mereka pelihara.

Pemukiman Warga

Kampung Cibedug merupakan perkampungan yang di apit oleh pergunungan, kesegaran alam sangat enak di nikmati, karena kiri kana kampung di kelilingi gunung. Kampung tersebut di huni oleh mayoritas suku sundak yang asli, bentuk bangunan seperti rumah susun dan dempet. Kesulitan kami berkomunikasi, karena mereka sangat kental dengan bahasa sundaknya ,hampir tidak bisa berbahasa indonesia terkecuali Ki Nurja .

Penerangan :

Daerah tersebut Hampir semua waraga, penerangan pada malam hari adalah dari alam, yang mereka buat dan rancang sendiri (Kincir). Karena sumber air sangat berlipah ruah, kumpalan kabel-kabel yang mereka gulung ( Denamo), beberap keping papan dan beberapa bahan lain sebagai pendukungnya, jadilah pembangkit Tenaga listrik yang cukup untuk menerangi beberapa rumah, jenis bola yang bisa di pasang berkisar 2- 5 biji bola neon .

Mata Pencahrian

Sumber penghidupan masyarakat mayoritas Tani,didaerah tersebut yang paling dominan adalah jenis persawahan yang di kelolanya sistem sbedeng parmanen (menetap) tidak gelir balik. Lokasi persawahan rata-rata pada daerah lereng , datar dan depresi, yang sebagaian besar persawahannya berada di dekat Pemukiman warga.

Selain petani meraka meyadap batang enau sebagai penghasilan tambahan dan untuk di konsumsi sendiri yang di kenal dengan Gula Aren.

Luas Wilayah

Wilayah adat Cibedug yang luasnya 2.144 Ha(data RMI) terdapat didalam kawasan Taman Nasional Gunung Halimun ini masih banyak yang perlu digali lagi lebih mendalam mengenai hutan adat mereka. Apa itu leuweung kolot (hutan yang dituakan), leuweung titipan dan leuweung bukaan. dan didalamnya terdapat ritus-ritus adat/ mitos/kepercayaan/aturan adat yang mereka pelihara.


Demikian catatan proses perjalan ......nanti akan di lanjutkan...bye hero

Jumat, 02 Mei 2008

WILAYAH ADAT




Dimasyarakat adat khususnya dayak yang berada di pedalaman Kalimantan Barat. Wilayah adalah merupakan tempat mereka untuk mencari nafkah atau boleh dikatakan dengan sumber peghidupan mereka. Keterkaitan mereka dengan wilayah atau alam yang mereka miliki sangat kertergantungan. Di beberapa suka dayak yang ada di Kalimantan berpariasi menyebutnya misalnya : ada Rimbak sebutan suku dayak bihak dikabupaten ketapang dan masih banyak lagi sebutannya lain menurut bahasa mereka menyebutnya.
Ketergantungan mereka dengan alam atau yang di sebut dengan Hutan masyarakat sangat erat, hutan bagi masyarakat Dayak merupakan dunia atau kehidupan mereka. Kedudukan dan peranan hutan seperti itulah yang mendorong petani Dayak meman­faatkan hutan di sekitar mereka dan sekaligus menum­buhkan komitmen untuk menjaga kelestariannya demi keberadaan dan kelanjutan hiudp hutan itu sendiri, kehidupan mereka sebagai individu dan kelompok, dan juga demi hubungan baik mereka dengan alam dan Tuhan mereka. Menurut pandangan orang Dayak hutan dengan segala isinya (termasuk di dalamnya sungai, dan semua binatangnya) berhubungan erat dengan manusia yang terungkap dalam sistem adat istadat dan budaya mereka. Dayak tidak bisa dipisahkan dari hutan. "Hutan dengan segala isinya juga tempat pengungkapan rasa terima kasih mereka pada Yang Kuasa,Masyarakat Dayak pada dasarnya tidak pernah berani merusak Hutani. Sebe­lum mengambil sesuatu dari alam, orang Dayak selalu memberi terlebih dahulu kepada penunggu hutan.Hubungan akrab yang telah berlangsung selama berabad-abad dengan hutan dan segala isinya. "Itulah strategi mereka untuk hidup yang telah teruji berabad-abad,".Mata pencaharian orang Dayak yang berorientasi pada hutan.



Dengan semakin sempitnya lahan perladangan seperti kini, karena kegiatan yang membabat hutan dalam skala luas oleh HPH, perkebunan besar (kebun kelapa sawit, coklat, karet), transmigrasi, hutan tanaman industri, dan industri lainnya secara langsung akan mengancam eksistensi orang Dayak.


Proses penghancuran terhadap eksistensi Dayak sudah berlangsung lama, sejak makhluk yang bernama "pembangunan" masuk dalam kehidupan orang Daya.


Hutan Adalah Darah dan Jiwa bagi Masyarakat dayak. Masyarakat Dayak sangat arif mengelola lingku­ngan hidup. menurut orang dayak menyebutanya dengan bermacam-macam nama penge­lompokan peng gu­naan tanah dan sungai demi untuk memper ta­hankan keutuhan lingkungan hidup untuk kesejahteraan masyarakat adat yang berdo­misili di dalamnya.Pengelompokan tanah tersebut menurut bahasa dan adat istiadat yang berlaku di daerahnya masing2.



Baru-baru ini di hebohkan dengan kasus Ilegal logging, yang kemudian membumi hanguskan segala kelompok yang dianggap sebagai Perambah Hutan semata wayangan. Hal ini yang membuat Masyarakt tidak paham, seperti apa yang sebenarnya atau boleh di katakan apa itu illegal logging??



Jikalau kita lihat kebutuhan akan bahan kayu sangat diperlukan, sekarang masyarakat yang ada dikota merasa kesulit untuk membangun rumah untuk pribadi, karena kesultan untuk mencari bahan kayu, kalau pun ada bahannya, masyarakat yang ekonomi kelas bawah tidak mampu membelinya, karena melambung tinggi. Jadi boleh di ambil kesimpulan bahwa yang menyuplai bahan2 sejenis kayu itu adalah yang di katakan Illegalloging itu. Terusss yang HPH (legall) Pada di kamana kan yah?